Jumat, 17 Oktober 2014

// // Leave a Comment

MAKALAH PEMIKIRAN KARL MARX

PEMIKIRAN KARL MARX

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Sejarah akan berbeda sekarang ini tanpa Karl Marx. Demikian salah satu kesimpulan Franz Magnis Suseno mengenai pemikiran Karl Marx. Tidak mengherankan jika Michael Hart meletakkan Karl Max di tempat yang tinggi dalam susunan Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam sejarah. Pada masa jayanya, jumlah manusia yang sedikitnya terpengaruh oleh Marxisme mendekati angka 1,3 milyar. Jumlah penganut ini lebih besar dari jumlah penganut ideologi mana pun sepanjang sejarah manusia.
Pengaruh pemikiran Karl Marx tidak bisa diragukan lagi dalam sejarah perjalanan dunia ini. Marx tidak hanya merangsang perubahan cara berpikir, akan tetapi juga mengubah cara manusia bertindak. Seperti dikatakan Marx sendiri, “Para filosof hanya menginterpretasikan dunia dalam berbagai cara; masalahnya adalah bagaimana mengubah dunia.” Hal inilah yang kemudian membedakan Marx dari filosof lain, misalnya, Auguste Comte atau Martin Heidegger, bahkan David Hume yang hanya sanggup mengubah cara manusia berfikir. Meskipun tidak bisa dipungkiri juga bahwa perubahan pemikiran ini berdampak pada kehidupan masyarakat luas, namun efeknya tidak sebesar Karl Marx. Filsafat Marx lebih diletakkan untuk mengubah dunia. Bahkan sebagai ideologi, “Marxisme” menyemangati sebagian besar gerakan buruh sejak akhir abad ke-19 dan dalam abad ke-20 yang mendasari kebanyakan gerakan pembebasan sosial.
Makalah ini mula-mula akan mengemukakan tentang latar belakang hidup Marx, kemudian menelusuri pemikiran Karl Marx, setelah itu akan dibahas pula karir Marx dalam politik serta pandangan Marx terkait politik.
1.2.  Rumusan Masalah
Dari uraian yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah, yakni:
1.2.1.      Seperti apa Biografi Karl Marx ?
1.2.2.      Bagaimana pemikiran Karl Marx dan karir Marx serta pandangan Marx dalam bidang politik ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Biografi Karl Marx
Karl Marx, lahir di bulan Mei 1818 di Trier, Jerman. Ayahnya seorang pengacara yang beberapa tahun sebelumnya pindah agama Yahudi menjadi Kristen Protestan. Perpindahan agama ayahnya yang begitu mudah diduga merupakan alasan mengapa Karl Marx tidak pernah tertarik dengan Agama. Ayahnya mengharapkan Marx menjadi notaris sebagaimana ayahnya. Karl Marx sendiri lebih menyukai untuk menjadi Penyair daripada seorang ahli hukum. Hukum merupakan ilmu yang digemari pada saat itu. etengah semester ia bertahan, dan melompat ke Universitas Berlin, fokus pada filsafat. Masih semester dua, Marx sudah masuk kelompok diskusi paling ditakuti di kampus itu, Klub Para Doktor, dan menjadi anggota yang paling radikal. Kelompok ini selalu memakai Filsafat Hegel untuk menyerang kekolotan Prussia. Tak heran, klub ini pun digelari “Kaum Hegelian Muda”. Namun karena mereka juga menentang agama Protestan, klub ini digolongkan menjadi Hegelian Kiri, lawan Hegelian Kanan, yang menafsirkan Hegel sebagai teolog Protestan.
Pada tahun 1841, Marx dipromosikan menjadi doktor dengan disertasi “The Difference between The Natural Philosophy of Democritus and Epicurus”. Kertas kerja dan pengantar disertasi ini secara jelas menunjukkan Marx sangat Hegelian, dan antiagama. Hal terakhir ini juga yang membuat Marx dicap sesat, dan mulai dijauhi rekan-rekannya. Marx tumbuh di tengah pergolakan politik yang dikuasai oleh kekuatan kapitalis para Borjuis yang menentang kekuasaan aristokrasi feodal dan membawa perubahan hubungan sosial. Meskipun ia memperjuangkan kelas orang-orang tertindas sebagai referensi empiris dalam mengembangkan teori filsafatnya. Selama hampir setahun ia menjadi pimpinan redaksi sebuah harian radikal 1843, sesudah harian itu dilarang oleh pemerintah Prussia, ia kawin dengan Jenny Von Westphalen, putri seorang bangsawan, dan pindah ke Paris. Di sana ia tidak hanya berkenalan dengan Friedrich Engels (1820-1895) yang akan menjadi teman akrab dan “penerjemah” teori-teorinya melainkan juga dengan tokoh-tokoh sosialis Perancis. Dari seorang liberal radikal ia menjadi seorang sosialis. Beberapa tulisan penting berasal waktu 1845, atas permintaan  pemerintah  Prussia, ia diusir oleh pemerintah Perancis dan pindah ke Brussel di Belgia. Dalam tahun-tahun ini ia mengembangkan teorinya yang definitif. Ia dan Engels terlibat dalam macam-macam kegiatan kelompok-kelompok sosialis. Bersama dengan Engels ia menulis Manifesto Komunis yang terbit bulan Januari 1848. Sebelum kemudian pecahlah apa yang disebut revolusi’48, semula di Perancis, kemudian juga di Prussia dan Austria. Marx kembali ke Jerman secara ilegal. Tetapi revolusi itu akhirnya gagal. Karena diusir dari Belgia, Marx akhirnya pindah ke London dimana ia akan menetap untuk sisa hidupnya.
Di London mulai tahap baru dalam hidup Marx. Aksi-aksi praktis dan revolusioner ditinggalkan dan perhatian dipusatkannya pada pekerjaan teroritis, terutama pada studi ilmu ekonomi. Tahun-tahun itu merupakan tahun-tahun paling gelap dalam kehidupannya. Ia tidak mempunyai sumber pendapatan yang tetap dan hidup dari kiriman uang sewaktu-waktu dari Engels. Keluarganya miskin dan sering kelaparan. Karena sikapnya yang sombong dan otoriter, hampir semua bekas kawan terasing daripadanya. Akhirnya, baru 1867, terbit jilid pertama Das Kapital, karya utama Marx yang memuat kritiknya terhadap kapitalisme (jilid kedua dan ketiga baru diterbitkan oleh Engels sesudah Marx meninggal). Tahun-tahun terakhir hidupnya amat sepi dan tahun 1883 ia meninggal dunia.

2.2.   Pemikiran Karl Marx
Sebelum kita terjun ke dalam dunia pemikiran Karl Marx, menurut penulis ada baiknya, kita pahami terlebih dahulu paradigma pemikiran Marx mengenai manusia yang berlaku sebagai subjek perubahan. Menurut Marx, manusia adalah mahkluk alamiah yang berkembang dalam lintasan sejarah dunia. Manusia adalah makhluk kreatif dengan hasrat dan kekuatan. Manusia dalam sejarahnya telah mengubah objek-objek sejarah alamiah dan telah menciptakan kebudayaan diseluruh dunia. Hal inilah yang mendorong Marx untuk berpandangan bahwa sejarah di dunia akan selalu mengikuti perkembangan manusia, dimana dalam proses ini, bangsa manusia, akan menemukan sendiri objeknya dalam upaya meraih aktualisasi diri.Bagi Marx, apa yang bisa menyatukan semua elemen eksistensi manusia bukanlah ‘semangat zaman’ ( zeitgeist ), tetapi kondisi material dari kehidupan seseorang, yakni ekonomi dan struktur sosialnya yang menentukan karakter setiap zaman. Perubahan dari faktor-faktor dasar ini yang menjadi kekuatan pendorong sejarah, yang melahirkan revolusi sebagai tanda transisi dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan selanjutnya. Maka, konsepsi sejarah ini secara jelas mengokohkan pemikiran materialistis. Teori dasar inisering disebut materialisme dialektis. Marx menyetujui bahwa organisasi ekonomi-sosial memiliki sifat yang sangat fundamental. Hal ini dimungkinkan karena ia tidak hanya mempengaruhi semua aspek kehidupan yang lain, tetapi juga menentukan sifat dari semua aspek itu. Akibatnya, hukum, pemerintahan, pendidikan, agama, seni, kepercayaan, dan nilai masyarakat merupakan hasil langsung dari organisasi ekonomi-sosial tersebut. Marx menyebut organisasi sosio-ekonomi ini dengan istilah “substruktur (basis)”, sementara sisi lain yang lain disebut dengan “superstruktur”, prinsip dasar dari teori Marx adalah bahwa substruktur menentukan suprastruktur. Konsep pemikiran Marx mengenai perjuangan kelas dapat kita telusuri dari beberapa karyanya. Di dalam The Manifesto of the Comunist Party yang ditulisnya bersama Engels.

*   Infrastruktur Ekonomi dan Superstruktur Sosial budaya
Marx berulang-ulang menekankan ketergantungan politik pada struktur ekonomi, tipe analisa yang sama berlaku untuk pendidikan , agama, keluarga, dan semua institusi sosial lainnya. Sama halnya dengan kebudayaan suatu masyarakat, termasuk standar-standar moralitasnya, kepercayaan-kepercayaan agama, sistem-sistem filsafat, ideologi politik, dan pola-pola seni serta kreativitas sastra juga mencerminkan pengalaman hidup yang riil dari orang-orang dalam hubungan-hubungan ekonomi mereka. Hubungan antara infrastruktur ekonomi dan superstruktur budaya dan struktur sosial yang dibangun atas dasar itu merupakan akibat langsung yang wajar dari kedudukan materialisme historis. Adaptasi manusia terhadap lingkungan materilnya selalu melalui hubungan-hubungan ekonomi tertentu, dan hubungan-hubungan ini sedemikian meresapnya hingga semua hubungan-hubungan sosial lainnya dan juga bentuk-bentuk kesadaran, dibentuk oleh hubungan ekonomi itu.

*   Kelas Sosial, Kesadaran Kelas, dan Perubahan sosial
Salah satu kontradiksi yang paling mendalam dan luas yang melekat dalam setiap masyarakt di mana ada pembagian kerja dan pemilikan pribadi adalah pertentangan antara kepentingan-kepentingan materil dalam kelas-kelas sosial yang berbeda. Marx memang bukan orang pertama yang menemukan konsep kelas, tapi menurut Marx pembagian kelas dalam masyarakat adalah pembagian antara kelas-kelas yang berbeda, faktor yang paling penting mempengaruhi gaya hidup dan kesadaran individu adalah posisi kelas. Ketegangan konflik yang paling besar dalam masyarakat, tersembunyi atau terbuka adalah yang terjadi antar kelas yang berbeda, dan salah satu sumber perubahan sosial yang paling ampuh adalah muncul dari kemenangan satu kelas lawan kelas lainnya.
Mengenai konsep kelas Marx, mengidentifikasikan tiga kelas utama dalam masyarakat kapitalis, yaitu buruh upahan, kapitalis, dan pemilik tanah. Kelas tersebut dibedakan berdasarkan pendapatan pokok yakni upah, keuntungan, sewa tanah untuk masing-masinnya. Selanjutnya Marx juga melakukan pembedaan antara dimensi obyektif dan subyektif antara kepentingan kelas. Kesadaran kelas merupakan satu kesadaran subyektif akan kepentingan kelas obyektif yang mereka miliki bersama orang-orang lain dalam posisi yang serupa dalam sistem produksi. Konsep “kepentingan” mengacu pada sumber-sumber materil yang aktual yang diperlukan kelas untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan individu. Kurangnya kesadaran penuh akan kepentingan kelas sangat berhubungan dengan penerimaan yang berkembang untuk mendukung kelas dominan dan struktur sosial yang ada. Pengaruh ideologi inilah yang memunculkan “kesadaran palsu”.
Bila nanti terjadi krisis ekonomi dalam sistem kapitalis, menurut Marx akan menjelaskan bahwa kontradiksi-kontradiksi internal dalam kapitalisme akan mencapai puncak gawatnya dan sudah tiba waktunya bagi kaum proletar untuk melancarkan suatu revolusi yang berhasil

*      Kritik Terhadap Masyarakat Kapitalis
Menurut Marx dalam Das kapital, ia menekankan bahwa untuk mengungkapkan dinamika-dinamika yang mendasar dalam sistem kapitalis sebagai sistem yang bekerja secara aktual, yang berlawanan dengan versi yang diberikan oleh para ahli ekonomi politik sangat bersifat naif.
Marx menerima teori nilai tenaga kerja dari nilai pasar suatu komoditi ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang menghasilkan produksi itu. Nilai merupakan faktor utama menetukan harga komoditi.
Gagasan Marx dalam hal ini selanjutnya dikenal dengan istilah “Surplus Value” atau teori nilai lebih yaitu pertukaran yang tidak proporsional antara nilai pakai dan nilai tukar. Dalam hal ini keuntungan yanng lebih besar dimiliki oleh para kapitalis, dan buruh tidak berkuasa atas nilai lebih yng telah dihasilkannya sebagai tenaga kerja.
Ketika Marx hidup waktu Di Eropa sedang terjadi revolusi industri, lalu dalam hal ini Marx melakukan kritik atas ekspansi kapitaslis dan korelasinya dengan krisis ekonomi. Menurut marx penggunaan mesin baru yang hemat buruh merusakkan keseimbangan antara kemampuan produktif dan permintaan, dan karena itu mempercepat krisis ekonomi. Selain itu juga menurut marx eskpansi Kapitalis akan membuat individu-individu semakin teralienasi. Dan paradoks atas kapitalisme akan muncul.

2.3.  Teori Karl Marx (1818 - 1883)
Karl Marx (1818 – 1883) belajar ilmu hukum di Bonn dan kemudian  di Berlin, dimana dia merasa tertarik dengan teori filsafat Hegel. Tidak lama sesudah berkenalan dengan filsafat hegel, ia sendiri menjadi tokoh terkenal dalam kalangan Hegelian berhaluan kiri. Karena pikiran-pikirannya yang terlalu ekstrem, dia berpendapat bahwa dia tidak mungkin mengharapkan karir akademisnya. Setelah menamatkan studinya dengan sebuah disertasi tentang filsafat Yunani, ia menjadi wartawan dan kemudian redaktur pada suatu harian yang diterbitkan di kota Koln. Karena tulisannya selalu mengkritik pemerintahan akhirnya marx mendapat tindakan dari pemerintah Prusia, akibatnya Marx mengambil keputusan untuk meninggalkan Jerman. Marx pindah ke Paris (Prancis) dan bertemu dengan Friedrich Engels (1820 – 1895), anak pemilik pabrik tenun di Barmen (Jerman). Perjumpaan ini sangat menentukan untuk masa depan Karl Marx. Sampai akhir hidupnya Marx bersahabat dengan Engels dan tidak jarang terjadi bahwa Engels member bantuan materiil kepadanya, supaya Marx sanggup mengerjakan pekerjaan ilmiahnya. Dalam banyak hal Marx dan Engels bekerjasama  dan juga menerbitkan karangan-karangan yang merupakan buah pena mereka bersama, sehingga seringkali tidak dapat dipastikan bagian mana yang berasal dari masing-masing. Ketika Marx meninggalkan Prancis, ia berpindah ke Brussel. Di kota tersebut Marx dan Engels lebih intensif mengarahkan perhatian kepada politik internasional, hal ini dilatarbelakangi oleh pekerjaannya sebagai wartawan menyebabkan ia berkecimpung dalam politik yang praktis. Hal ini menjadikan Marx dapat secara langsung berhubungan dengan kenyataan kemasyarakatan. Ia mulai belajar ekonomi negara secara mendalam. Marx dan Engels menjadi anggota “ Perhimpunan Komunis “ dan atas permintaan organisasi ini mereka menyusun Manifesto Komunis (1884), suatu pernyataan dari pihak komunis pada ketika suasana revolusioner dirasakan di banyak tempat di Eropa. Waktu itu revolusi Jerman pada tahun 1848 Marx dan Engels pulang ke Jerman dan di sana mereka menerbitkan sebuah harian. Tetapi revolusi saat itu mengalami kegagalan, Marx kembali lagi ke Paris dan akhirnya menetap di London. Di London pada tahun 1867 diterbitkan jilid pertama suatu buku yang berjudul Das Kapital yang dinggap sebagai karya terpenting dan pokok karangan Marx. Karena pekerjaan organisatorisnya dalam gerakan komunis dan karena kesehatannya semakin terganggu, Marx sendiri tidak sanggaup menyelesaikan buku ini. Sesudah Marx meninggal di London, maka Engels menyelesaikan buku Das Kapital jilid II dan III masing-masing pada tahun 1885 dan 1894. Menurut (Bertens : 1998, hal 78 ; Harun hadiwijono : 1980, hal 118 ; Miriam Budiardjo : 2008, hal 140).
Marx tertarik oleh gagasan dialektik seperti yang dibentangkan oleh Hegel, karena di dalamnya terdapat unsur kemajuan melalui konflik dan pertentangan. Dan unsur inilah yang ia perlukan untuk menyusun teorinya mengenai perkembangan masyarakat melalui evolusi. Untuk melandasi teori sosial, ia merumuskan dulu teori mengenai materialisme dialektis (dialectical materialism), kemudian konsep-konsep ini dipakainya untuk menganalisa sejarah perkembangan masyarakat yang dinamakannya materialisme historis (historical materialism). Atas dasar analisa terakhir ia sampai pada kesimpulan bahwa menurut hukum ilmiah, dunia kapitalis akan mengalami revolusi (yang olehnya disebut revolusi prolentar) yang akan menghancurkan sendi-sendi masyarakat itu, dan akan meratakan jalan untuk timbulnya masyarakat komunis.

*   Materialisme Dialektis
Dari ajaran Hegel, Marx mengambil dua unsur, yaitu gagasan mengenai terjadinya pertentangan antara segi-segi yang berlawanan, dan gagasan bahwa semua berkembang terus. Dalam hal itu Marx menolak asas pokok dari aliran idealism bahwa hukum idealetik hanya berlaku di dalam dunia yang abstrak, yaitu dalam pikiran manusia. Marx menandaskan bahwa hukum dialektik terjadi dalam dunia kebendaan (dunia materi) dan sesuai dengan pandangan itu, ia menamakan ajarannya Materialisme. Selanjutnya ia berpendapat bahwa setiap benda atau keadaan (Phenomenon) dalam tubuhnya sendiri menimbulkan segi-segi yang berlawanan (opposites). Segi-segi yang berlawanan dan bertentangan satu sama lain dinamakan kontradiksi. Dari pergumulan ini akhirnya timbul semacam keseimbangan; dikatakan bahwa benda atau keadaan telah di negasi-kan. Menurut (Miriam Budiardjo : 2008, hal142).
Sesuai dengan hukum dialektik, gerak ini terus terjadi sehingga setiap kali ditimbulkan suatu negasi yang lebih baru. Setiap negasi dianggap sebagai kemenangan yang baru atas yang lama, suatu kemenangan yang dihasilkan oleh kontadiksi-kontradiksi dalam tubuhnya sendiri. Jadi, setiap objek dan phenomenon melahirkan benih-benih untuk penghancuran diri sendiri untuk selanjutnya diubah menjadi sesuatu yang lebih tinggi mutunya. Negasi dianggap sebagai penghancuran dari yang lama, sebagai hasil dari perkembangan sendiri yang diakibatkan oleh kontradiksi-kontradiksi intern. Jadi, setiap phenomenon bergerak dari taraf yang rendah ke taraf yang lebih tinggi, bergerak dari keadaan yang sederhana ke arah yang lebih kompleks. Gerak ini terjadi dengan melompat-lompat melalui gerak spriral ke atas dan tidak melalui gerak lurus ke atas. Dengan tercapainya negasi yang tertinggi maka selesailah perkembangan dialektis.

*   Materialisme Historis
Pokok-pokok materialisme dialektis dipakai oleh Marx untuk menganalisa masyarakat dari permulaan zaman sampai masyarakat pada zaman Marx berada. Maka dari itu, teori ini disebut materialisme histoeikal (historical materialism). Dan karena materi oleh Marx diartikan sebagai keadaan ekonomi, maka teori Marx juga sering disebut “analisa ekonomis terhadap sejarah” (economic interpretation of history). Dalam menjelaskan teorinya Marx menekankan bahwa sejarah (yang dimaksud hanyalah sejarah Barat) menunjukkan bahwa masyarakat zaman lampau berkembang menurut hukum-hukum dialektis (yaitu maju melalui pergolakan yang disebabkan oleh kontradiksi-kontradiksi intern melalui suatu gerak spiral ke atas) sampai menjadi masyarakat dimana Marx berada. Menurut (Miriam Budiardjo : 2008, hal143).
Menurut Marx perkembangan dialektis terjadi lebih dahulu dalam struktur bawah (atau basis) dari masyarakat, yang kemudian menggerakan “struktur atasnya”. Basis dari masyarakat bersifat ekonomis dan terdiri atas dua aspek, yaitu cara berproduksi (misalnya teknik dan alat-alat) dan hubungan ekonomi (misalnya system hak milik, pertukaran dan distribusi barang). Diatas basis ekonomi berkembanglah struktur atas yang terdiri dari kebudayaan, ilmu pengetahuan, konsep-konsep hukum, kesenian, agama, dan yang dinamakan ideologi. Perubahan sosial politik dalam masyarakat disebabkan oleh perubahan dalam basis ekonomi yakni pertentangan atau kontradiksi dalam kepentingan-kepentingan terhadap tenaga-tenaga produktif, sedangkan lokomotif dari perkembangan masyarakat adalah pertentangan antara kelas sosial.
Berdasarkan hukum dialetika, masyarakat telah berkembang menjadi masyarakat kapitalis di mana Marx berada. Gerak dialektis ini mulai pada saat komune primitive berkembang dari suatu masyarakat yang tidak mengenal milik pribadi dan tidak mengenal kelas menjadi masyarakat yang mulai mengenal milik pribadi serta pembagian kerja, dan karena itu mengenal juga pembagian dalam kelas-kelas sosial. Jadi, masyarakat yang semula bersifat komune primitive pada suatu ketika menjadi masyarakat berkelas dan pada saat itulah gerak dialektis mulai. Gerak ini disebabkan oleh pertentangan antara dua kelas utama di dalam masyarakat. Dalam masyarakat berkelas pertama, yaitu masyarakat budak, terjadi pertentangan antara kelas budak. Masyarakat budak secara dialektis berubah menjadi masyarakat feudal yang pada gilirannya pula terdorong oleh pertentangan antara kelas pemilik tanah dan kelas penggarap ranah – pertentangan yang dimenangkan oleh borjuasi – berubah menjadi masyarakat kapitalis. Menurut teori sosial ini, maka masyarakat kapitalis, terdorong oleh pertentangan antara kaum kapitalis dan kaum proletar, akan berubaha sebagai gerak dialektis terakhir menjadi masyarakat komunis.
Perkembangan ini menurut Marx adalah tidak terelakkan, karena sudah merupakan hukum sosial. Dalam usaha mencapai masyarakat komunis, kaum proletar akan memainkan peranan penting, mereka merebut kekuasaan dari tangan kapitalis, mengambil alih segala alat produksi dan melalui tahap transisi yang dinamakan dictator proletariat akhirnya akan tercapailah masyarakat komunis. Mengenai dictator proletariat dikatakan oleh Marx:
Antara masyarakat kapitalis dan masyarakat komunis terdapat suatu masa peralihan dimana terjadi transformasi secara revolusioner dari masyarakat kapitalis menjadi masyarakat komunis. Ini sesuai dengan adanya masyarakat peralihan politik dimana Negara merupakan, tidak lain dan tidak bukan, dictator revolusioner dari kaum proletar.

2.4.  Karir Politik
Marx dalam perjuangannya, setia ditemani Frederich Engels. Ketika liga komunis (Jerman) berada dibawah pimpinan Weithing, seorang yang tidak tunduk bulat kepada Marx dan yang tidak disetujui Marx sebagai pemimpin liga itu, dengan alasan pengetahuannya yang kurang sebagai pemimpin, Marx menghancurkan Weithing dimata pengikutnya (1847). Begitu juga pada pemimpin Gerakan Buruh di Jerman (Lasalle) pada tahun 1862. Demikian pula Perkumpulan Internasional I (1865-1876) tidak luput dari perebutan kekuasaan. Dalam kongres Perkumpulan Internasional I di Basel tahun 1869. Bakunin menguasai persidangan. Pada kongres selanjutnya di Den Hag (1872) Marx berhasil menyingkirkan Bakunin. Namun, pengaruh Bakunin dalam gerakan masih kuat sehingganya Marx memindahkan pusat organisasinya ke Amerika Serikat yang akhirnya organisasi itu dibubarkan dalam kongres di Philadelphia tahun 1876. (Firdaus Syam :2010, hal 178)

2.5.  Politik
Negara. menurut Marx, negara sebagai alat belaka dari kelas penguasa (berpunya) untuk menindas kelas yang dikuasai (yang tidak berpunya). Di Negara kaum majikan didapati bentuk monarki, republik, aristokrasi atau republik demokratik. Bentuk pemerintahanya bahkan bervariasi, tetapi esensinya tetap sama. Kaum budak tidak memiliki hak dan merupakan golongan tertindas, mereka tidak dianggap sebagai manusia. Kondisi seperti ini menurut Marx di dalam negara feodal.
Memahami pemikiran Marx mengenai negara, harus dipahami dalam konteks sosial historis saat ia hidup. Marx hidup saat Eropa di abad XIX dengan peradaban industri dimana keberpihakan pada kelompok Borjuis kapitalis dengan menyengsarakan kelompok terbesar yakni kelas proletariat. Keadaan ini yang melahirkan pemikiran Karl Marx bahwa negara hanya alat bagi kaum borjuis dan kapitalis, sehingganya lembaga negara tidak ada gunanya. Oleh sebab itu, Marx yang harus diperjuangkan agar negara itu lenyap, adalah perjuangan kelas proletariat untuk menciptakan masyarakat tanpa kelas karena dengan begitu negara akan lenyap dengan sendirinya.
Untuk melakukan perubahan menuju masyarakat sosialis dan akhirnya masyarakat komunis yang tanpa kelas (uncleasses) diperlukan suatu revolusi. Revolusi yang digambarkan Marx adalah melalui dua tahap; pertama, revolusi yang dipelopori golongan borjuis yang hendak menghancurkan golongan feodal; kedua, revolusi yang dilakukan kelas pekerja dalam usaha penghancuran golongan borjuis. Pada tahap transisi dari masyarakat kapitalis ke tahap masyarakat komunisme, kekuasaan dilaksankan oleh kelas pekerja dengan mempergunakan sistem kekuasaan yang disebut proletar (secara diktator).
Nasionalisme. Dalam bukunya Communist Manifesto, Marx menulis perbedaan serta pertentangan nasional yang menurutnya semakin hari semakin menghilang. Ini disebabkan adanya perdagangan bebas, kelompok borjuis, pasar dunia keseragaman cara produksi serta beerbagai kehidupan yang memiliki kaitan erat dengan cara produksi itu. Menurutnya melalui perspektif ekonomi, nasionalisme akan lenyap sebagai kecurigaan usang dari zaman industri.
Realitanya, di negara komunis tidak terjadi kemerosotan nasionalisme, bahkan tokoh komunis uni soviet, Stalin tidak mampu mencegah Yugoslovia yang memperjuangkan kemerdekaan nasionalnya pada tahun 1948. Pasca kematian Stalin pergolakan di Jerman Timur tahun 1953. Revolusi Polandia tahun 1956, revolusi Hongaria tahun 1956, upaya Cekoslawakia tahun 1948 berupaya menuntut kemerdekaan. Bahkan pada dekade 1980-an, bukan saja negara soviet rontok akan ideologi komunisnya tetapi satu persatu bagian wilayah Uni Soviet (Azerbayzan, kazakstan, Georgia, Turmekistan, Latvia, Lituania, dan Estonia) telah melepaskan diri yang didasarkan pada kemerdekaan nasionalisme.
Etika. Marx memandang etika sebagai sesuatu yang berubah, menurut zaman dan tingkat produksi. Dalam masa-masa sebelum diktator proletariat, etika itu baginya sama saja dengan etika kalangan berpunya, kalangan penguasa. Jadi etika itu bersifat nisbi, tidak ada yang absolut. Berbeda dengan etika pekerja di masa diktator proletariat, bahwa etika pekerja penuh dengan sifat-sifat kemanusiaan yang cenderung pada keabsolutan. Semua alat dihalalkan asalkan maksud sampai. Ini seakan yang bersifat mutlak. (Firdaus Syam ; 2010, hal 184)
Agama. Bagi Marx Relligion is The Opium of People, adalah ungkapannya yang terkenal bagaimana umumnya orang memiliki penilaian terhadap sikap kalangan komunis terhadap keberadaan agama di tengah masyarakat dan negara. Marx memandang agama tidak menjadikan manusia menjadi dirinya sendiri, melainkan menjadi sesuatu yang berada di luar dirinya yang menyebabkan manusia dengan agama menjadi makhluk yang terasing dari dirinya sendiri. Agama harus dilenyapkan karena agama sebagai alat kaum borjuis kapitalis untuk mengeksploitasi kelas pekerja atau ploretariat. Agama dijadikan sebagai alat kekuasaan untuk mempertahankan kekuasaannya, selain dijadikan alat agar rakyat tidak melakukan perlawanan, pemberontakan, dibiarkan terlena dan patuh atas penguasa, dan semua ini sebagai fungsi eksploitatif agama. Marx percaya bahwa agama adalah perangkap yang dipasang kelas penguasa untuk menjerat kaum ploretariat, bila perbedaan kelas itu hilang, agama dengan sendirinya akan lenyap.
Namun, pandangan Marx terhadap fungsi agama bertentangan dalam perspektif sosiologi agama. Dalam perspektif sosiologi agama justru agama telah memberikan peran sebagai ideologi pembebasan bagi kalangan tertindas terhadap yang menindas.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Karl Marx yang terlahir di bulan Mei 1818 di Trier, Jerman ini meruapakan salah satu  filsafat yang  paling berpengaruh di dalam perkembangan sejarah. Kemampuan gagasan Marx untuk berdialektika dengan zaman, menjadikannya pemikir yang tidak pernah sepi dari kritikan dan pujian atasnya. Namun, apapun tanggapan dunia terhadapnya, kehadirannya telah menggerakkan kesadaran kelompok buruh, budak dan aktivis sosialis untuk mengorganisir diri dan berjuang mewujudkan perubahan.
Pendapat Karl Marx tentang tujuan akhir berupa masyarakat tanpa kelas sebenarnya merupakan suatu yang paradoks dengan konsep dialektis itu sendiri. Dialektisisme merupakan sebuah proses yang terus menerus sehingga tidak akan terhenti.
Pandangan politik Marx akan negara meruapakan suatu alat bagi kaum borjuis kapitalis yang kehancurannya tidak dapat dielakkan dalam hal ini Marx tidak menghendaki negara kapitalis namun lebih menghendaki negara komunis yang menurutnya negara yang masyarakatnya tanpa adanya kelas sehingganya tidak ada kesengsaraan dalam kelas ploretariat yang mana hal tersebut terjadi pada negara feodal dan negara kaum borjuis kapitalis.

DAFTAR PUSTAKA



Adams, Ian. 2004.Ideologi Politik Mutakhir. Yogyakarta: CV. Qalam.
Adian, Donny Gahral.2 006, Percik Pemikiran Kontemporer, Yogyakarta: Jalasutra
Bagus, Lorens. 2000, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia
Hart, Michael H. 1992, Seratus Tokoh Paling Berpengaruh Dalam Sejarah, terj.Mahbub Djunaedi, Jakarta: Pustaka Jaya
Rius, 2000, Marx Untuk pemula, Yogyakarta: Insist
Santoso, Listiyono, dkk. 2007, Epistemologi Kiri, Yogyakarta: Ar-Ruz Media
Sumber http://rumahputih.net . Diakses pada 20 Oktober 2008
Suseno, Franz Magnis. 2001, Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis Ke Perselisihan Revisionisme, Jakarta: Gramedia

Syam, Firdaus. 2010. Pemikiran Politik Barat;sejarah,filsafat,ideologi,dan pengaruhnya terhadap dunia ke-3. Jakarta: Bumi Aksara

0 komentar:

Posting Komentar